Dimulai dari pertama kali aku menerima sebuah pesan perkenalan dari seseorang, sebut saja Fan. Aku belum pernah mengenal seorang laki-laki ...
Dimulai dari pertama kali aku
menerima sebuah pesan perkenalan dari seseorang, sebut saja Fan. Aku belum
pernah mengenal seorang laki-laki lagi setelah berakhir dengan Alfi. Fan lah
laki-laki pertama yang aku kenal setelah itu. Fan mengaku telah mengenalku,
tapi aku tidak. Dia mengenalku pada saat masa orientasi penerimaan mahasiswa
baru dikampus-ku. Aku memang tidak memperhatikan laki-laki disitu, karna terlalu
malas. Aku takut akan melihat seseorang yang mirip dengan Alfi. Saat itu aku
hanya fokus pada arahan senior.
Fan, orang yang sampai saat
ini sering memberiku pesan lewat ponsel. Setiap hari. Sampai hari dimana dia
menyatakan perasaannya. Mungkin 3 minggu, terlalu cepat bukan? Ya.
Fan tidak pernah menanyakan
apa-apa mengenai isi hatiku, dia hanya mengutarakan dan menunggu jawaban.
Dimana kondisi hatiku sedang parah, disaat hatiku yang selalu menangis dimalam
hari, sakit seperti tertekan benda tajam. Aku rasa Fan datang terlalu cepat,
dan aku rasa aku belum bisa menerima itu.
Aku terkesan padanya saat dia
bilang, senyumku manis. Padahal aku bertanya pada diriku sendiri, "kapan
aku tersenyum lagi?" Aku tidak ingat.
Aku terkesan saat dia bilang,
mataku indah. Padahal aku pun bingung, "sejak kapan mata yang sembab
disebut indah?"
Aku terkesan padanya saat dia
mengetahui baju apa yang aku pakai, dan warnanya.
"Hay merah"
"Hay orange"
Fan selalu tahu apa yang aku
pakai.
Fan bilang, dia sering
melihatkku padahal aku tidak pernah sama sekali melihatnya. Dan dia bertanya,
"kenapa sering melamun?". Entahlah..
Sampai saat nya aku
mengetahui Fan itu siapa. Dia semakin sering memberiku pesan, pagi, siang
bahkan sampai malam. Dan dia terus mengutarakan sesuatu, perasaannya.
Saat itu, aku belum ingin
mendengar apa-apa darinya. Aku ingin menganggapnya teman dulu sebelum hatiku
sembuh. Tapi, Ia tidak mengerti dengan keadaanku hingga aku jelaskan dengan
detail.
"Coba".
"Coba". Berulang-ulang dia mengatakan itu.
Bukan masalah sudah move on
atau belum, tapi aku belum memiliki perasaan apa-apa pada Fan.
Dia tetap mengutarakan
perasaannya, dan akupun menjawab, jawabannya mungkin yang tidak dia inginkan.
Aku kira dengan demikian dia
akan menyerah dan tidak menghubungiku lagi, rata-rata laki-laki seperti itu,
tapi Fan tidak.
Dia terus menghubungiku,
mencoba meyakinkanku, tapi hatiku tetap diam.
Dengan aku tidak meresponnya,
mengabaikannya, aku kira dia akan menyerah... Tapi tidak.
Dia sendiri bahkan bilang dia
mempunyai batas kesabaran, tapi nyatanya sampai sekarang dia tetap sabar. Salut!
Entah kenapa aku belum
terkesan dengan kesabarannya Fan. Ketulusannya Fan. Perasaannya Fan.
Maaf Fan.. Akupun tidak tahu.
Rasa canggung, rasa degdegan
itu ada... Tapi aku tidak tahu apa artinya ini?
Terimakasih atas puisi yang
indah Fan. Aku hanya bisa membalasnya dengan sedikit tulisan ini..