Aku Diny Nurani, aku bukanlah seorang penulis.. Tapi aku selalu mempunyai masalah atau sisi kehidupan yang selalu ingin aku ungkapkan lewat ...
Aku Diny Nurani, aku bukanlah seorang penulis.. Tapi aku selalu mempunyai masalah atau sisi kehidupan yang selalu ingin aku ungkapkan lewat tulisan, kenapa lewat tulisan? Bukannya tidak ada yang mau jadi pendengarku, tapi hanya inilah satu-satunya cara agar aku bebas meluapkan apa yang dirasakan.
Disini, aku bebas berbagi dengan siapa saja, meskipun orang lain tidak ingin membacanya sama sekali, aku tidak peduli.
Slice of life..
Aku akan mencoba untuk tidak melanjutkan perasaanku pada Imam.
Imam, cowo berkacamata, pipinya cabi, tidak terlalu tinggi, rambutnya ikal, suka main basket, suka pake syal, populer, aktif di organisasi, punya senyum yang susah dilupakan. Wkwkwk
Oke, berhenti berbicara tentang dia.
Entah sejak kapan perasaan ini muncul aku lupa, yang jelas makin kesini kesini, perasaanku terlalu dalam dan aku rasa terlalu jauh. Memang tidak ada pergerakan sama sekali dariku, tapi memang apa yang harus aku lakukan? Semuanya begitu serba-salah.. *serasa jadi raisa:')
Sejauh ini belum ada hal yang bisa mendekatkan antara aku dan dia.
Sebegitu sukanya-kah aku sama dia? Belum bisa dipastikan, tapi gak tau kenapa hatiku menjawab YA. *mamprang!
Mungkin ini saatnya aku berhenti? Ini saatnya aku tidak melihat kearahnya lagi. Aku rasa dia menyukai perempuan lain:)
Tapi bagaimana caranya? Cuman papasan aja tubuhku terasa lemas, terlalu lebay emang.. Tapi kenyataannya seperti itu.
Bagaimana caranya, aku akan pikirkan mulai sekarang..
Mungkin saat aku berpapasan dengannya dan teman-temanku mengarahkan aku, aku harus bilang, 'tos teu resep ah, basi'
Dengan cara itu? Benarkan? Apa bisa sedikit demi sedikit setidaknya ada ucapan ketidakpeduliaan, meskipun perasaan ini masih ada?
Atau aku harus bilang, 'ternyata dia bukan tipeku'
Bagaimana?
Atau hanya tersenyum dan menggelengkan kepala? Seperti itu?
Adakah cara lain?
Oh ya.. Bilang 'ilfeel' saja? Tapi dia tidak pernah bersikap yang membuatku ilfeel.
Aku memang harus berhenti saat ini, toh gak ada gunanya juga aku masih menetapkan perasaan pada orang itu.
Meskipun ada sesuatu yang bisa dikatakan sebagai lampu hijau, tapi aku rasa itu hanya rasa Geer-ku saja. Aku terlalu berlebihan menyimpulkan sikap orang lain. Menganggap kalau itu sesuatu yang istimewa padahal bukan.
Jadi beginikah rasanya punya perasaan pada orang yang belum atau bahkan tidak pernah melihat kearahku?
Sekarang aku bisa merasakan apa yang dirasakan sahabatku sewaktu dulu..
Berbicara tentang sahabat, aku mempunyai sahabat yang selalu jadi sasaran untuk mendengarkan isi hatiku terhadap orang ini.
Apa dia tidak akan menyukai laki-laki yang sama? Aku rasa mungkin tidak, karna sahabatku itu gak pernah bilang kalau Kang Imam juga menjadi incarannya. Dan aku rasa Kang Imam bukan tipenya sahabatku ini.. Karna saat aku sedang melihat Imam dari kejauhan, sahabatku pernah bilang. "Naon resep ka nu kitu? Sakitu pendek busekel.." Hahahaha ada-ada aja emang, tapi saat itu aku gak bisa jawab apa-apa, selain mengiyakan perkataan sahabatku itu. Dia seperti tidak pernah mengagumi orang saja, hey jeng.. Perasaan ini sama saja ketika aku melemparkan pertanyaan buat kamu, "kenapa suka romi?". Mengerti? Aku pun tidak tau alasan kenapa aku suka Imam. Begitu saja.
Dan untuk saat ini, sepertinya aku harus mengubur dalam dalam perasaaanku. Mengingat dia yang selalu kulihat, tak pernah menoleh padaku..
Disini, aku bebas berbagi dengan siapa saja, meskipun orang lain tidak ingin membacanya sama sekali, aku tidak peduli.
Slice of life..
Aku akan mencoba untuk tidak melanjutkan perasaanku pada Imam.
Imam, cowo berkacamata, pipinya cabi, tidak terlalu tinggi, rambutnya ikal, suka main basket, suka pake syal, populer, aktif di organisasi, punya senyum yang susah dilupakan. Wkwkwk
Oke, berhenti berbicara tentang dia.
Entah sejak kapan perasaan ini muncul aku lupa, yang jelas makin kesini kesini, perasaanku terlalu dalam dan aku rasa terlalu jauh. Memang tidak ada pergerakan sama sekali dariku, tapi memang apa yang harus aku lakukan? Semuanya begitu serba-salah.. *serasa jadi raisa:')
Sejauh ini belum ada hal yang bisa mendekatkan antara aku dan dia.
Sebegitu sukanya-kah aku sama dia? Belum bisa dipastikan, tapi gak tau kenapa hatiku menjawab YA. *mamprang!
Mungkin ini saatnya aku berhenti? Ini saatnya aku tidak melihat kearahnya lagi. Aku rasa dia menyukai perempuan lain:)
Tapi bagaimana caranya? Cuman papasan aja tubuhku terasa lemas, terlalu lebay emang.. Tapi kenyataannya seperti itu.
Bagaimana caranya, aku akan pikirkan mulai sekarang..
Mungkin saat aku berpapasan dengannya dan teman-temanku mengarahkan aku, aku harus bilang, 'tos teu resep ah, basi'
Dengan cara itu? Benarkan? Apa bisa sedikit demi sedikit setidaknya ada ucapan ketidakpeduliaan, meskipun perasaan ini masih ada?
Atau aku harus bilang, 'ternyata dia bukan tipeku'
Bagaimana?
Atau hanya tersenyum dan menggelengkan kepala? Seperti itu?
Adakah cara lain?
Oh ya.. Bilang 'ilfeel' saja? Tapi dia tidak pernah bersikap yang membuatku ilfeel.
Aku memang harus berhenti saat ini, toh gak ada gunanya juga aku masih menetapkan perasaan pada orang itu.
Meskipun ada sesuatu yang bisa dikatakan sebagai lampu hijau, tapi aku rasa itu hanya rasa Geer-ku saja. Aku terlalu berlebihan menyimpulkan sikap orang lain. Menganggap kalau itu sesuatu yang istimewa padahal bukan.
Jadi beginikah rasanya punya perasaan pada orang yang belum atau bahkan tidak pernah melihat kearahku?
Sekarang aku bisa merasakan apa yang dirasakan sahabatku sewaktu dulu..
Berbicara tentang sahabat, aku mempunyai sahabat yang selalu jadi sasaran untuk mendengarkan isi hatiku terhadap orang ini.
Apa dia tidak akan menyukai laki-laki yang sama? Aku rasa mungkin tidak, karna sahabatku itu gak pernah bilang kalau Kang Imam juga menjadi incarannya. Dan aku rasa Kang Imam bukan tipenya sahabatku ini.. Karna saat aku sedang melihat Imam dari kejauhan, sahabatku pernah bilang. "Naon resep ka nu kitu? Sakitu pendek busekel.." Hahahaha ada-ada aja emang, tapi saat itu aku gak bisa jawab apa-apa, selain mengiyakan perkataan sahabatku itu. Dia seperti tidak pernah mengagumi orang saja, hey jeng.. Perasaan ini sama saja ketika aku melemparkan pertanyaan buat kamu, "kenapa suka romi?". Mengerti? Aku pun tidak tau alasan kenapa aku suka Imam. Begitu saja.
Dan untuk saat ini, sepertinya aku harus mengubur dalam dalam perasaaanku. Mengingat dia yang selalu kulihat, tak pernah menoleh padaku..