SEPASANG MATA. Prolog "Nih menunya tinggal pilih aja, level yang paling tinggi berani gak?" Seru laki-laki yang menge...
SEPASANG MATA.
Prolog
"Nih menunya tinggal pilih aja, level yang paling tinggi berani gak?" Seru laki-laki yang mengenakan jaket merah dengan nada meledek. "Level berapa?" Tanya perempuan berbaju biru sambil mengambil daftar menu. "Ini nih, level 7" laki-laki itu mengarahkan. "Oh ini, gak ah! Aku gak suka pedes, aku coba level 2 aja. Kalau kamu gimana?". "Aku pastinya 1 level diatas kamu, level 3, hahaha". "Yehhh kirain bakal level 7, oke aku yang tulis aja ya", perempuan itu mengambil ballpoint dan kertas yang sudah disediakan. Mereka berdua penyuka ramen, ShoZhu Ramen lah tempat favorit mereka dan meja nomer 2 lah yang sering mereka tempati, setiap pesan pasti perempuan itu yang selalu menuliskan menu dikertas. Sebelum pesanannya datang, mereka selalu bercanda-canda dimeja terkadang membuat berisik, pasangan yang serasi dan aneh..
Setiap pergi ke suatu tempat mereka pasti berfoto, keduanya memang narsis. Mereka aktif di sosial media, tidak lupa update lokasi dan foto mereka, mereka selalu mendapat komentar positif dari teman-temannya dan pasti membuat orang lain iri dengan tingkah laku pasangan ini.
*
Pertama kali menginjak bangku perkuliahan, ini artinya aku harus mulai menata karirku. Dimulai dari aktifitas yang akan menghabiskan banyak waktu.
Dinar tidak bisa memikirkan apapun selain fokus pada tujuannya. Ya, aku harus fokus!
Ia sudah tidak ingin memikirkan apapun lagi termasuk... cinta?
Sendiri dulu, bukan kata yang harus ditakutkan bukan?
Ini hanyalah sebuah komitmen dan usaha untuk melupakan seseorang..
Dinar selalu membayangkan ingin menjadi kulit saja, agar jika terluka, luka itu bisa menutup dengan sendirinya, tetapi tidak dengan Dinar, Ia memang susah menutup lukanya sendiri.
Di acara perpisahan SMA nya Ia harus mengakhiri hubungannya dengan Refi. Dinar selalu mengingat kata-kata yang Refi ucapkan. 'Refi minta maaf semaaf maafnya, kita gak bisa lanjutin hubungan ini..' Kata Refi. Jelas Dinar shock saat itu, Ia pikir bahwa tidak ada kesalahan satu-pun yang Ia lakukan, Dinar memutarbalikkan pikirannya untuk menemukan titik kesalahannya tetapi titik itu tidak pernah ditemukan, Refi pun mengaku sendiri saat itu bahwa Dinar tidak bersalah, hanya saja keputusan ini mau tidak mau harus Refi ambil katanya.
Wahh.. Ini pesta perpisahan yang cukup meriah!
Saat Dinar desak Refi akhirnya menjawab karna masalah keluarganya yang tidak memberikan ijin untuk mempunyai hubungan spesial dan Refi harus memulai perkuliahannya dengan fokus, Dinar menganggap itu tidak wajar, apakah itu jawaban karna hanya terdesak, kan? Tidak punya alasan lain-kah selain itu? Itu terlalu basi untuk dijadikan sebuah alasan. Hey, umurmu sudah bisa dikatakan dewasa, sudah sewajarnya memiliki hubungan spesial..
Tapi dengan ringannya Refi berkata, 'tenang saja, kalau kita jodoh, kita pasti bertemu lagi'.
Dua bulan yang lalu itu benar-benar konyol pikir Dinar, kenapa saat itu aku begitu terpuruk?
Ya Dinar begitu menyayangi Refi saat itu, Dinar menemukan titik nyaman jika bersama dengan Refi, tapi Refi dengan mudahnya merelakan bahkan melepas Dinar yang begitu menerima Refi apa adanya. Dinar hanya ingin tau alasan yang sebenarnya, Ia rasa alasan yang dikatakan Refi hanya bisa dilontarkan oleh siswa smp.
Sebegitu sakit kah? Ya. Aku berusaha menyayangi, memberikan perhatian lebih, tetap menyayangi ketika dia 'cuek', tetap memberikan perhatian lebih ketika dia 'cuek'. Lalu, di abaikan..
*
Sebulan berlalu, Dinar telah menjalani masa perkuliahannya dengan...
Biasa saja.
Ia sengaja masuk beberapa organisasi agar hal yang menghalangi pikirannya itu bisa terabaikan dan tersingkirkan.
Bukan tidak ada orang yang menghampiri Dinar, tapi sepertinya, itu... Masih tertutup.
Tapi... Detak jantungnya berdegup cepat setelah melihat seorang yang berdiri disana..
Disana, dia sedang berdiri, memperhatikan-ku?
Aku melihat ke dalam mata nya. Ya, dia sedang memperhatikanku..
'mm... Ss, sssii, siapa?'